07/02/2020

Nala, Anakku

Nala, anakku...

Ibu dan ayahmu belum saja menikah, tapi cinta terasa begitu kuat. Entah mengapa. Sebulan lagi hari pernikahan kami. Hari yang kerap disenangi sekaligus ditakuti, bahkan dijauhi banyak manusia sebab komitmen setia seumur hidup. Sementara itu, kamu masih jauh sekali di sana, Nak. Belum pula menjadi inti dari sperma ayahmu. Belum pula menjadi nafsu yang membuat sperma keluar dari rumahnya untuk mengejar dan mengawini ovum hingga membentuk zigot. 

Kamu masih menjadi bayang-bayang terindah kami, Nak. Setiap kali kami bertemu dan berbaring di atas alas langit malam yang gelap dan berbintang terang, seakan tak ada lagi yang lebih terang dan lebih tenang. Lalu kami terpejam, membayangkan senyum dan kebebasanmu menjelajah pikiran manusia-manusia yang enggan menjejak tanah, yang selalu terburu-buru akan urusan perut dan kerja, yang senang bermacet-macet ria demi melupakan luka.

Tapi, tak mengapa. Kamu cuma perlu tahu, Nak. Bahwa setiap manusia punya luka dan suka yang berbeda. Kamu tak perlu menyamaratakannya. Kamu tak perlu bersusah payah memasuki dirimu pada mereka. Kamu hanya perlu memahami, bahwa secukupnya itu jauh lebih baik ketimbang kurang dan lebih. Bahwa kamu juga punya keleluasaanmu sendiri. Bahwa kamu adalah milikmu sendiri. Sementara kami, akan tetap di sini menjadi sahabat terbaikmu, Nak. Yang terbaik untukmu. 

Izinkan kami memelukkmu dekap penuh cinta dan tetap.


Kemang,
7 Februari 2020

No comments:

Post a Comment