Aku telah
menghabiskan waktu sekitar 2 minggu untuk mencerna dan menyudahi Saman. Benar
kata Cinta, ada sedih dan marah ketika menyerapnya ke otak dan mengalirkannya
ke hati. Aku sedih atas nasib manusia-manusia yang selalu saja tertindas.
Mereka marah karena hak asasinya sebagai manusia terancam kandas. Aku marah karena para iblis dengan mudahnya menyiksa manusia-manusia yang belum tentu
bersalah. Mereka sedih karena iblis-iblis itu sukar dijinakkan dan terus merajam tanpa lelah.
Otakku sedih sebab Laila pernah menggilai pria yang sempat mengemban diri menjadi pendeta. Hatiku marah sebab lelaki itu malah bersetubuh dengan sahabat Laila yang cerdas, sudah punya pasangan, dan sanggup membuatnya tergoda pula. Tapi, memang bagi kebanyakan orang, seks itu terlalu indah dan terlalu nikmat untuk dilewatkan. Begitu pula bagi Saman dan Yasmin. Barangkali, inilah salah satu penyelewengan yang tak jauh beda dengan pengkhianatan para manusia berkelakuan iblis yang kerap menganiaya dan menipu manusia-manusia yang diambil hak-haknya. Padahal, sejatinya mereka itu sama-sama manusia. Akan tetapi, bukankah pergumulan yang dilakukan Saman dan Yasmin juga merupakan hak mereka sebagai manusia? Sekalipun Yasmin berkhianat pada Laila?
P.S: menanti Larung yang akan segera kujemput dari toko, atau mungkin dari kamu.
Otakku sedih sebab Laila pernah menggilai pria yang sempat mengemban diri menjadi pendeta. Hatiku marah sebab lelaki itu malah bersetubuh dengan sahabat Laila yang cerdas, sudah punya pasangan, dan sanggup membuatnya tergoda pula. Tapi, memang bagi kebanyakan orang, seks itu terlalu indah dan terlalu nikmat untuk dilewatkan. Begitu pula bagi Saman dan Yasmin. Barangkali, inilah salah satu penyelewengan yang tak jauh beda dengan pengkhianatan para manusia berkelakuan iblis yang kerap menganiaya dan menipu manusia-manusia yang diambil hak-haknya. Padahal, sejatinya mereka itu sama-sama manusia. Akan tetapi, bukankah pergumulan yang dilakukan Saman dan Yasmin juga merupakan hak mereka sebagai manusia? Sekalipun Yasmin berkhianat pada Laila?
Hak dan pengkhianatan kerap saling berdekatan hingga kini. Bukan berarti tak bisa dipisahkan. Hanya seorang pemberanilah yang sanggup memisahkannya. Tentu, dengan bantuan seorang terpelajar juga, yang mestinya sudah mampu berlaku adil sejak dalam pikiran, seperti kata Pram.
Di akhir bacaan, aku
berdoa untuk Anson dan kawan-kawan. Semoga
mereka selalu selamat di manapun mereka berada. Aku juga berdoa untuk
Upi. Agar kelak, Upi bisa menemukan pujaan hati
yang nyata dalam keadaan waras dan bahagia (tapi, bukankah semua manusia
yang hidup di muka bumi ini sesungguhnya sudah pada gila?). Selanjutnya, aku juga berdoa
untuk Shakuntala. Semoga Tala atau Shakun bisa
terus menari dan mencintai banyak orang kapanpun dan dimanapun ia inginkan.
Sebab, aku teringat temanku ketika aku membaca Tala. Ia seorang gay, namun hatinya sangat baik. Aku merindukannya. Aku memang tak pernah pro terhadap
LGBT. Tetapi, aku sangat berharap jika setiap orang tetap menghargai dan
menyayangi mereka sebagai manusia, atas nama kemanusiaan, tanpa pembedaan. Tak lupa,
kuhaturkan pula doa untuk Sihar. Semoga ia tak
perlu merasakan tinju dari kepalan jemari Tala yang terlatih.
Ah, satu lagi. Aku
juga ingin mendoakan Laila. Agar tubuhnya jatuh
di tangan lelaki yang memang tepat untuknya.
Oh iya, bolehkah
satu doa lagi aku panjatkan? Aku ingin berdoa untuk Marsinah, seorang aktivis dan buruh yang namanya muncul beberapa kali dalam Saman. Semoga ia menemukan keadilannya di surga, meskipun tidak mendapatkannya
di dunia.
P.S: menanti Larung yang akan segera kujemput dari toko, atau mungkin dari kamu.
*Tentang:
Saman karya Ayu Utami
-Kemang,
Berlatar
suara hujan yang gemercik dengan suasana yang asyik
No comments:
Post a Comment