22/02/2019

Surat untuk Annisa yang Selalu Kuat dan Berani

Hai, Nis!

Ketika kamu membaca surat ini, kuharap kamu masih menjadi seorang perempuan yang kuat dan berani. Seorang perempuan yang mandiri dan nggak pernah takut berjalan sendiri. Kudengar, kini kamu telah memahami, mengapa seseorang yang pernah mengajarimu banyak hal dengan segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, malah mengasingkan diri dan seolah-olah dirinya bukan apa-apa. Padahal, kamu tahu, ia tahu, kalian sama-sama tahu, bahwa ia adalah seorang asing yang terkuat yang pernah kamu temui selama kamu hidup di dunia ini. Tentu saja, seseorang itu menduduki posisi kedua sebagai perempuan terkuat yang kamu kenal dengan baik setelah ibumu. Ya, ibumu adalah perempuan terkuat yang pernah kamu miliki, Nis. Bersyukurlah. Bersyukur karena kamu memiliki seorang ibu yang selalu kuat dan berani. Kupikir, keberanian dan kekuatan yang kamu miliki saat ini berasal dari kekuatan dan keberanian yang ibumu punya.

Selain itu, janganlah ragu untuk mengakui bahwa kamu kini telah tumbuh menjadi seorang perempuan yang cerdas. Kamu menggunakan kecerdasanmu untuk menganalisis banyak hal. Kamu tak pernah sekalipun meninggalkan otakmu barang sejenak untuk berpikir, merenung, menganalisis, dan memutuskan langkah apa yang mesti kamu ambil untuk menyeselesaikan segala permasalahan yang kamu miliki. Kamu pun juga mengimbangi kecerdasanmu itu dengan keberanian yang tak semua orang punya. Bersyukurlah. Sekali lagi, bersyukurlah, Nis. Aku pun yakin, kecerdasanmu itu juga menurun dari kecerdasan ibumu. Lagipula, kamu sudah pernah membaca artikel yang membahas tentang kromosom ibu yang mewariskan kecerdasannya kepada anak, bukan? Ya, memang betul. Sebuah penelitian dari University of Washington menyatakan bahwa perempuan menurunkan kecerdasannya kepada anak karena memiliki dua kromosom X, di mana pria hanya memiliki satu kromosom X. Tentu, kamu akan semakin berbangga hati, bukan? Sebab, kamu bisa yakin menerka bahwa anak-anakmu nanti akan mewariskan kecerdasan yang sama besarnya dengan kecerdasan yang kamu miliki. Sungguh hebat bukan, seorang perempuan itu, Nis? Maka, kembalilah bersyukur dan tak lupa mempertajam kekuatan yang kamu punya.

Melalui surat ini pula, aku ingin mengucapkan terima kasih untukmu, Nis.

Terima kasih, karena kamu telah menjadi seorang anak perempuan yang tangguh, yang sudah mengurus ibumu yang sedang sakit selama hampir dua tahun ini. Ya, meskipun aku tahu, kamu tak pernah bisa mengasihi seseorang dengan perlakuan yang sangat halus dan luwes layaknya perempuan pada umumnya. Namun, yang kubanggakan darimu, meski kamu terkesan cuek dan galak, kamu tetap berusaha melindungi orang-orang yang kamu cinta dengan sebaik mungkin.

Terima kasih, karena kamu telah menjadi seorang teman yang selalu berusaha untuk berkata dan berperilaku jujur. Ya, meskipun terkadang perkataanmu sedikit dan cukup menyakitkan untuk didengar. Tapi, kamu tak perlu khawatir. Menjadi baik bukan berarti kamu harus menjadi orang lain dan berkata bohong demi menyenangkan perasaan teman-temanmu, bukan? Kupikir, kamu sudah hafal di luar kepala tentang hal itu, Nis. Jadi, tetaplah bersikap jujur dan apa adanya, meskipun kamu bisa meninggalkan kesan yang menyebalkan dan layak dimusuhi. Oh iya, apakah kamu masih percaya dengan konsep teman? Pelajarilah hal itu baik-baik dari pengalamanmu sendiri, Nis.

Terima kasih, karena kamu sudah bisa menjaga dirimu sendiri dari pengaruh buruk orang-orang yang kerap kamu temui dimanapun kamu berada. Kamu selalu menekankan dalam pikiran dan hati bahwa kamu hanya ingin akrab dengan orang-orang yang bermanfaat, 'baik', dan tidak berpura-pura. Pun kamu masih yakin, bahwa seburuk-buruknya penampilan seseorang, pasti ada hal baik yang ia punya dan bisa kamu ambil sebagai pelajaran hidup. Begitulah. Kamu telah melakukan hal itu dengan baik. Kamu pun kini tak segan menghindari orang-orang yang hanya menimbulkan banyak masalah dalam hidupmu. Kamu juga tak merasa berat hati meninggalkan orang-orang yang hanya gemar mengacaukan pikiran dan perasaanmu. Orang-orang palsu yang kerap mengecewakan. Begitulah julukan yang kamu berikan kepada orang-orang itu. Manis sekali.

Terima kasih, karena kamu sudah berusaha untuk tidak melulu  bergantung kepada orang lain. Kamu kini yakin, bahwa hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah dengan menggantungkan kebahagiaanmu kepada dirimu sendiri. Hanya kamulah yang bisa membuat dirimu bahagia. Tentu, didampingi dengan orang-orang tercinta. Namun, apabila mereka tak lagi bisa menemanimu, kamu akan terus berusaha untuk tetap merasa bahagia. Sebab, kamu kini sudah pula yakin, bahwa kamu mampu menggenggam kebahagiaan di tanganmu sendiri. Oh iya, selain pada dirimu, tetaplah menggantungkan harapan kepada Allah. Sebab, Dialah satu-satunya yang kekal yang tak pernah meninggalkanmu sedetikpun.

Terima kasih, karena kamu tetap dan terus menjadi dirimu sendiri di hadapan siapapun. Terima kasih, karena kamu tak pernah sungkan menolak. Terima kasih, karena kamu sudah berusaha untuk menerima segala hal. Terima kasih, karena kamu tak pernah bosan untuk berpikir, menganalisis, menyusun satu per satu benang kusut, serta mau untuk belajar berempati.

Maaf, jika aku masih saja menganggapmu tak lebih baik dari orang lain. Maaf, jika aku tak pernah bersyukur menjadi kamu. Maaf, jika aku masih sering membanding-bandingkan kelebihan dan kekuranganmu dengan orang lain. Maaf, jika aku harus memaksakan tubuhmu untuk selalu kuat melakukan apapun. Maaf, jika aku seringkali menghabiskan waktumu hanya untuk mempelajari karakter manusia.

Tolong, tetaplah menjadi Annisa yang sederhana, gemar menyendiri, lebih mengutamakan logika, mengasah intuisi, dan mau belajar banyak hal sampai kamu tak lagi hidup di dunia ini. Tolong, kunjungilah tempat-tempat baru yang belum pernah kamu datangi dan janganlah segan untuk berbincang dengan orang-orang asing yang akan kamu temui di sana. Tolong, belajarlah untuk bertemu dengan berbagai macam orang, agar kamu bisa mempelajari manusia yang tentu memiliki kultur yang beragam. Tolong, jangan berhenti berusaha mendapatkan apa yang kamu inginkan dan cita-citakan. Tolong, tetaplah menjadi perempuan yang setia kepada keluarga dan pasangan. Tolong, berusahalah menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang hingga tubuhmu tak lagi tegap dan sigap, hingga tubuhmu terbujur kaku dan kakimu tak lagi menjejak bumi yang indah ini.



Salam,

(Manusia kecil yang ada di dalam tubuhmu yang selalu menyayangimu)
Annisa

Kemang,
Februari 2019

No comments:

Post a Comment