27/02/2016

Cinta dan Semusim

*foto: Capung bermesra dengan bunga. Kelembutan nuansa.

Hampir jam 2 pagi, ketika kutemukan waktu yang berlayar di ponselku. Entah kenapa, sedari tadi mataku terus mencari satu notifikasi yang tak pernah datang, hingga aku yang lebih dulu berkunjung.

Inderaku yang lain tak juga mau kalah eksis. Sebuah alunan lagu yang bermusik memabukkan, dengan lirik yang wangi, merdu, indah, mengalun sejuk di telingaku. Semusim. Lagu yang dinyanyikan Almarhum Chrisye ketika berduet dengan Waljinah.

Mari, kuajak engkau meresapi nikmatnya lagu ini...

Semusim, bersemi bunga,
dalam kelembutan cakrawala senja.
Pagi benderang jernihnya semesta,
dalam wangi bunga menyambut insan bercinta.

Sentuhan bibirmu membakar peluhku,
bergelora tak terlukiskan.
Sukmaku jiwaku berpadu bermesra,
dalam kabut cinta abadi.
Selamanya...

Wahai engkau yang sedang jatuh cinta... Mengapa harus ada tangis, kalau tawa lebih menyentuh-merindu?

Biar aku yang menjawab:
"Aku jatuh cinta pada angin yang jarang tergenggam. Ia melayang, terbang, berlabuh pada hari, pada semesta. Dan kini ia berjarak. Betapa sakitnya luka yang tak pernah sembuh. Betapa bahagianya melihat ia terbang dalam tawa. Betapa akhirnya aku tahu, mencintai tak seringan yang kubayangkan."

Cintaku tak hanya semusim, ia hadir dalam nuansa yang jarang aku sadari.


Semoga kamu selalu dalam keadaan baik.
-Annisa

No comments:

Post a Comment